
Apa itu Pembelian Impulsif?
Pembelian impulsif adalah proses pembelian di mana Anda membeli sesuatu secara mendadak, tanpa memikirkannya terlebih dahulu. Sebagian besar pembelian impulsif tidak direncanakan, yang berarti Anda tidak bermaksud melakukan pembelian. Sebaliknya, Anda melihat sesuatu yang menarik perhatian Anda dan Anda memutuskan untuk membelinya di tempat.
Pembelian impulsif adalah pembelian yang tidak direncanakan yang dilakukan sebagai respons terhadap dorongan atau perasaan yang tiba-tiba. Jenis pembelian ini biasanya dilakukan secara mendadak dan tidak dipikirkan dengan baik. Sering kali, orang akhirnya menyesali pembelian impulsif karena mereka tidak meluangkan waktu untuk mempertimbangkan apakah mereka benar-benar membutuhkan atau menginginkan barang tersebut.
Pembelian impulsif dapat dimotivasi oleh berbagai emosi, seperti kebahagiaan, kesedihan, kebosanan, atau frustrasi. Pembelian impulsif seringkali didorong oleh keinginan untuk membuat diri sendiri merasa lebih baik saat ini. Misalnya, seseorang yang merasa sedih mungkin pergi berbelanja untuk mencoba meningkatkan suasana hatinya. Seseorang yang bosan mungkin secara impulsif membeli sesuatu yang baru sebagai cara untuk menghibur diri.
Sebagian kecil pembelian impulsif direncanakan, yang berarti bahwa Anda bermaksud melakukan pembelian impulsif. Meskipun pembelian impulsif dapat memberi orang dorongan emosional sementara, hal itu juga dapat menyebabkan masalah keuangan di kemudian hari. Ini karena orang yang sering melakukan pembelian impulsif lebih cenderung mengeluarkan uang terlalu banyak dan terlilit hutang. Pembelian impulsif juga dapat menyebabkan orang kehilangan peluang penting, seperti menabung untuk masa pensiun atau berinvestasi dalam bisnis. Namun, bisnis mengandalkan pembelian impulsif untuk mendorong penjualan dan meningkatkan keuntungan.
Contoh Pembelian Impulsif
Ada banyak contoh pembelian impulsif. Beberapa contoh umum meliputi:
- Membeli barang obral meskipun Anda tidak membutuhkannya
- Membeli pakaian baru meskipun Anda tidak memiliki apa-apa untuk dikenakan
- Membeli gadget yang Anda lihat di iklan
- Mengambil buku di bandara meskipun Anda memiliki setumpuk buku yang belum dibaca di rumah
- Memesan makanan penutup meskipun Anda sudah kenyang
Daftarnya terus bertambah. Pembelian impulsif dapat terjadi dalam situasi apa pun di mana Anda melihat sesuatu yang Anda inginkan dan membuat keputusan untuk membelinya saat itu juga.
Psikologi pembelian impulsif – Mengapa Kita Terus Membeli Impulsif?
Ada sejumlah faktor psikologis yang dapat berkontribusi terhadap pembelian impulsif. Beberapa yang paling umum termasuk:
Keadaan emosional
Pembelian impulsif sering didorong oleh emosi seperti kebahagiaan, kesedihan, kebosanan, atau frustrasi. Ketika orang merasa sedih, mereka mungkin pergi berbelanja untuk mencoba meningkatkan suasana hati mereka.
Tekanan teman sebaya
Orang juga lebih cenderung melakukan pembelian impulsif ketika mereka berada di sekitar teman atau anggota keluarga yang juga menghabiskan uang.
Ketakpastian
Pembelian impulsif seringkali dimotivasi oleh keinginan akan kepastian dan stabilitas. Ketika orang merasa hidup mereka tidak pasti, mereka mungkin secara impulsif membeli barang dalam upaya untuk membuat diri mereka merasa lebih baik.
Pengalaman Kita Dulu
Kita semua dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu kita. Jika kami memiliki pengalaman buruk dengan suatu produk di masa lalu, kami mungkin akan menghindarinya di masa mendatang. Di sisi lain, jika kita memiliki pengalaman yang baik dengan suatu produk, kemungkinan besar kita akan membelinya lagi.
Cinta Murni Belanja
Beberapa orang hanya suka berbelanja. Mereka senang membeli barang baru, bahkan jika mereka tidak membutuhkannya. Bagi orang-orang ini, pembelian impulsif hanyalah bagian dari kepribadian mereka.
Ada sejumlah faktor psikologis lain yang dapat berkontribusi terhadap pembelian impulsif, seperti impulsif, materialisme, dan pengendalian diri. Namun, tiga faktor yang tercantum di atas adalah beberapa yang paling umum.
Tanda-tanda Belanja Impulsif
Ada beberapa tanda yang mengindikasikan seseorang melakukan belanja impulsif. Ini termasuk:
- Melakukan pembelian tanpa mempertimbangkan biaya
- Membeli barang obral meskipun mereka tidak membutuhkannya
- Membeli barang-barang yang tidak mampu mereka beli
- Tidak bisa menempel pada anggaran
- Terus menerus membeli baju baru, padahal lemarinya sudah penuh
Jika Anda melihat salah satu dari tanda-tanda ini dalam hidup Anda sendiri, sebaiknya mundur selangkah dan menilai kembali kebiasaan belanja Anda. Pembelian impulsif dapat menyebabkan masalah keuangan di kemudian hari, jadi penting untuk mengetahui tanda-tandanya dan membuat perubahan jika perlu.
Apa yang mendorong Pembeli Impulse?
Ada sejumlah faktor yang dapat berkontribusi terhadap belanja impulsif. Beberapa yang paling umum termasuk:
Perasaan mendapatkan kesepakatan yang baik
Pembeli impulsif sering didorong oleh perasaan mendapatkan penawaran bagus. Mereka mungkin melihat barang yang diobral dan merasa terdorong untuk membelinya, meskipun mereka tidak membutuhkannya.
Stimulus fisik
Pembeli impulsif juga lebih cenderung melakukan pembelian ketika mereka secara fisik berada di dekat barang yang ingin mereka beli. Misalnya, jika Anda berjalan melewati toko dan melihat sepasang sepatu yang Anda sukai, kemungkinan besar Anda akan masuk dan membelinya.
Gratifikasi instan
Orang yang berbelanja secara impulsif sering kali ingin merasakan kepuasan langsung saat membeli sesuatu. Mereka mungkin merasa terdorong untuk membeli sesuatu saat melihatnya, tanpa mempertimbangkan apakah mereka mampu membelinya atau tidak.
Penempatan produk
Cara produk ditampilkan juga dapat memengaruhi pembelian impulsif. Misalnya, jika barang diletakkan di bagian depan toko atau di lokasi yang mudah dijangkau, orang mungkin akan membelinya secara impulsif. Saat ini, pemasaran influencer juga dapat memengaruhi orang untuk membeli.
Kebaruan
Orang juga dapat tertarik pada produk dan pengalaman baru. Pembeli impulsif mungkin ingin mencoba tren terbaru, meskipun mereka tidak membutuhkannya.
Membundel
Banyak toko menawarkan penawaran untuk beberapa item, seperti penawaran ‘beli satu gratis satu’. Pembeli impulsif mungkin lebih cenderung memanfaatkan kesepakatan ini, meskipun mereka hanya menginginkan salah satu item.
Seperti yang Anda lihat, ada beberapa faktor yang dapat berkontribusi pada belanja impulsif. Jika Anda mendapati diri Anda terlibat dalam perilaku ini, mungkin ada gunanya mencoba mengidentifikasi pemicu yang mengarahkan Anda untuk melakukan pembelian impulsif.
Bagaimana Pembeli Dapat Menghentikan Pembelian Impulsif?
Meskipun mungkin sulit, mempelajari cara mengekang kebiasaan belanja Anda sangat penting untuk menghemat uang. Berikut adalah beberapa cara yang dapat Anda lakukan:
1. Buat anggaran dan patuhi itu
Salah satu cara terbaik untuk menghentikan pembelian impulsif adalah dengan membuat anggaran dan menaatinya. Tentukan berapa banyak uang yang secara realistis mampu Anda belanjakan setiap bulan, lalu lacak pengeluaran Anda untuk memastikan Anda tetap sesuai anggaran.
2. Izinkan diri Anda untuk membelanjakan
Pembeli impulsif sering kali merasa perlu membenarkan pembelian mereka. Alih-alih menyalahkan diri sendiri untuk setiap hal kecil yang Anda beli, izinkan diri Anda untuk membelanjakan. Sisihkan sejumlah uang setiap bulan yang dapat Anda gunakan untuk pembelian diskresioner, dan kemudian jangan merasa bersalah membelanjakannya.
3. Tunggu sehari (atau lebih lama!)
Jika Anda melihat sesuatu yang Anda inginkan, pastikan untuk menunggu setidaknya 24 jam sebelum Anda membelinya. Pikiran Anda akan bebas untuk fokus pada hal lain saat Anda memegang benda itu di tangan Anda. Ini memungkinkan Anda untuk menyadari bahwa Anda tidak membutuhkannya sama sekali dan bahwa Anda tidak menginginkannya sebanyak yang Anda pikirkan.
4. Berbelanja dengan rencana dalam pikiran
Pembeli impulsif sering melakukan pembelian dengan iseng. Untuk menghindarinya, rencanakan perjalanan belanja Anda jauh-jauh hari dan buatlah daftar barang yang perlu Anda beli. Ini akan membantu Anda tetap fokus dan cenderung tidak melakukan pembelian impulsif.
5. Berhati-hatilah untuk bergabung dengan terlalu banyak daftar email
Pembeli impulsif sering dibombardir dengan penjualan dan penawaran dari toko favorit mereka. Untuk menghindari godaan, berhati-hatilah dengan pemasaran email dan pilihlah daftar email mana yang Anda ikuti. Daftar hanya untuk orang-orang yang menawarkan penawaran untuk barang-barang yang benar-benar Anda butuhkan.
6. Jangan berbelanja saat sedang emosi
Pembeli impulsif sering melakukan pembelian saat mereka merasa sedih, marah, atau stres. Jika Anda menemukan diri Anda dalam situasi ini, mundur selangkah dan tunggu sampai Anda berada dalam kerangka berpikir yang lebih baik sebelum mulai berbelanja.
7. Ajak seseorang bersamamu saat berbelanja
Akan sangat membantu jika ada seseorang yang menemani Anda saat berbelanja, terutama jika mereka sendiri bukan pembelanja impulsif. Orang ini dapat membantu Anda tetap fokus dan berada di jalur yang benar.
8. Ambil hanya sejumlah uang tunai yang Anda perlukan
Pembeli impulsif mungkin lebih cenderung mengeluarkan uang lebih banyak jika mereka membawa banyak uang tunai. Untuk menghindarinya, ambil hanya jumlah uang yang Anda butuhkan untuk pembelian yang direncanakan.
9. Hentikan perbandingan
Pembeli impulsif sering membandingkan diri mereka dengan orang lain dan merasa perlu mengikuti keluarga Jones. Jika Anda mendapati diri Anda melakukan ini, ingatkan diri Anda bahwa setiap orang memiliki anggaran dan gaya hidup yang berbeda. Anda tidak perlu mengeluarkan uang hanya karena orang lain melakukannya.
10. Keluar dari media sosial
Media sosial dapat menjadi pemicu utama dorongan belanja online. Jika Anda terus-menerus melihat foto baju atau rumah baru teman, istirahatlah dari media sosial. Ini akan membantu Anda fokus pada kehidupan Anda sendiri dan apa yang Anda mampu.
11. Lakukan tantangan tanpa pengeluaran
Jika Anda benar-benar ingin menghentikan kebiasaan membeli secara impulsif, cobalah melakukan tantangan tanpa pembelanjaan. Untuk jangka waktu tertentu, berkomitmenlah untuk tidak membeli apa pun yang tidak penting. Ini akan membantu Anda mengatur ulang kebiasaan belanja dan belajar hidup tanpa pembelian yang tidak perlu.
12. Lupakan nomor kartu Anda
Pembeli impulsif sering menggunakan kartu kredit untuk melakukan pembelian. Jika ini yang terjadi pada Anda, pertimbangkan untuk menghapus informasi kartu kredit Anda dari toko online. Ini akan membantu Anda memperlambat dan memikirkan apakah Anda benar-benar ingin melakukan pembelian atau tidak sebelum melakukannya.
13. Singkirkan kartu kredit
Jika ternyata Anda tidak dapat mengendalikan kebiasaan belanja impulsif Anda, mungkin inilah saatnya untuk membuang kartu kredit sama sekali. Gunakan uang tunai atau debit sebagai gantinya sehingga Anda tidak dapat mengeluarkan uang terlalu banyak.
14. Buat anggaran
Pembeli impulsif sering kali tidak memiliki anggaran. Jika Anda ingin menghentikan kebiasaan membeli secara impulsif, penting untuk membuat anggaran dan menaatinya. Ini akan membantu Anda lebih memahami pola pengeluaran Anda dan membuat pilihan yang lebih sadar tentang pembelian Anda.
15. Temukan hobi
Pembelanja impulsif sering beralih ke belanja sebagai cara untuk mengatasi kebosanan atau stres. Jika ini kasus Anda, cari hal lain untuk dilakukan saat Anda merasa bosan atau stres. Lakukan hobi baru, baca buku, atau jalan-jalan.
Ini adalah video dari Marketing91 tentang Impulse Buying.
Bagaimana Bisnis Meningkatkan Penjualan dengan Pembelian Impulsif?
Bisnis dapat menggunakan berbagai cara untuk mendorong pembeli melakukan pembelian impulsif. Ini termasuk:
- Menawarkan obral dan diskon: Pembeli impulsif sering kali tertarik pada obral dan diskon. Dengan menawarkan kesepakatan ini, bisnis dapat meningkatkan peluang pembeli melakukan pembelian dengan iseng.
- Membuat tampilan yang menarik: Konsumen yang impulsif sering kali tertarik pada presentasi yang menarik secara visual. Bisnis dapat memanfaatkan ini dengan membuat tampilan yang menarik dan informatif.
- Buat jalur untuk diikuti pelanggan: Pelanggan yang impulsif lebih cenderung membeli barang yang mudah ditemukan dan diperoleh. Bisnis dapat memanfaatkan ini dengan menyediakan rute untuk diikuti klien. Ini bisa melibatkan menempatkan pembelian impulsif di dekat kasir atau memajangnya di sekitar barang-barang permintaan tinggi.
- Gunakan bahasa yang tepat untuk mengomunikasikan urgensi: Pembeli impulsif umumnya tertarik pada produk yang mereka rasa perlu segera dibeli. Bisnis dapat menggunakan ini untuk keuntungan mereka dengan menggunakan bahasa yang mengomunikasikan urgensi. Ini dapat melibatkan frasa seperti “waktu terbatas” atau “selama persediaan masih ada”.
- Antisipasi kebutuhan pelanggan Anda: Pembeli yang membeli secara impulsif sering kali membeli barang yang tidak mereka ketahui dibutuhkan sampai mereka melihatnya. Bisnis dapat menggunakan ini untuk keuntungan mereka dengan mengantisipasi kebutuhan pelanggan mereka. Ini bisa melibatkan menyimpan barang-barang yang populer atau diperlukan sebelumnya.
- Menarik perhatian pada pembelian impulsif: Bisnis yang melayani pembeli impulsif harus membuat produk mereka menonjol dari yang lain. Hal ini dapat dicapai dengan memanfaatkan teknik seperti kemasan berwarna cerah, pencahayaan khusus, atau tanda penjualan.
- Pilih produk yang membutuhkan sedikit pertimbangan: Orang yang berbelanja secara impulsif umumnya tidak ingin menghabiskan banyak waktu untuk mengevaluasi pembelian mereka. Bisnis dapat memanfaatkan ini dengan memilih produk yang memerlukan sedikit analisis. Ini mungkin memerlukan stok barang yang kecil dan murah atau memiliki umur simpan yang terbatas.
- Tawarkan sampel atau demo produk: Pembeli impulsif sering kali tertarik pada produk yang dapat mereka coba sebelum membelinya. Bisnis dapat menggunakannya dengan menawarkan sampel atau demo produk. Ini bisa melibatkan mendirikan stan di pameran dagang atau menawarkan sampel gratis di dalam toko.
- Pamerkan item musiman: Pembeli impulsif sering terpikat oleh hal-hal yang sesuai dengan musim saat ini. Ini dapat digunakan untuk keuntungan perusahaan dengan memamerkan barang-barang musiman. Ini mungkin berarti menampilkan dekorasi Halloween di bulan Oktober atau hadiah Natal di bulan Desember.
- Latih staf lantai untuk mendorong pembelian impulsif: Pembeli impulsif seringkali lebih cenderung melakukan pembelian jika mereka didorong oleh tenaga penjualan. Bisnis dapat menggunakan ini untuk keuntungan mereka dengan melatih staf lantai mereka untuk mendorong pembelian impulsif. Ini bisa melibatkan pemberian skrip penjualan khusus kepada karyawan atau memberi mereka insentif untuk menjual produk tertentu.
- Memanfaatkan promosi bersyarat: Pembeli impulsif sering kali tertarik pada produk yang sedang diobral atau memiliki promosi khusus yang menyertainya. Bisnis dapat menggunakan ini untuk keuntungan mereka dengan memanfaatkan promosi bersyarat. Ini bisa melibatkan penawaran diskon untuk membeli banyak barang atau memberikan hadiah gratis dengan pembelian.
- Tempatkan pembelian impulsif dengan harga lebih rendah di dekat kasir: Pembeli impulsif cenderung membeli produk jika mudah ditemukan dan dibeli. Bisnis dapat memanfaatkan ini dengan menempatkan barang berharga lebih rendah di dekat meja kasir.
- Menampilkan produk impulsif di sekitar barang dengan permintaan tinggi: Individu yang berbelanja secara impulsif cenderung membeli produk yang dapat mereka temukan dan beli dengan mudah. Pada gilirannya, bisnis mendapat untung dengan memajang barang-barang ini di dekat area yang permintaannya tinggi. Ini bisa melibatkan menempatkan pembelian Impulse di dekat kasir atau menampilkannya di sekitar item yang mungkin populer.
Belanja Impulsif vs. Kompulsif
Ada perbedaan antara pembelian impulsif dan belanja kompulsif. Pembeli impulsif umumnya membuat keputusan spontan untuk membeli barang-barang yang mungkin atau mungkin tidak mereka butuhkan. Sebaliknya, pembelanja kompulsif memiliki dorongan yang kuat untuk membeli barang, meskipun mereka tidak membutuhkannya dan tidak mampu membelinya. Pembelian impulsif dapat menyebabkan masalah keuangan jika tidak dikelola dengan baik. Sebaliknya, perilaku pembelian kompulsif dapat menyebabkan hutang serius dan masalah lainnya. Jika Anda merasa memiliki masalah dengan belanja kompulsif, penting untuk mencari bantuan profesional.
Pembelian impulsif bisa menjadi cara berbelanja yang menyenangkan dan mengasyikkan. Namun, penting untuk menyadari risiko yang terlibat. Bisnis dapat menggunakan tip di atas untuk mendorong pembelian impulsif, tetapi pada akhirnya tergantung pada pembelanja untuk mengontrol pengeluaran mereka. Pembeli impulsif harus memastikan untuk menetapkan anggaran dan menaatinya. Mereka juga harus menyadari tanda-tanda belanja kompulsif dan mencari bantuan jika mereka merasa memiliki masalah.
Kesimpulan!
Pembelian impulsif adalah jenis perilaku konsumen yang berputar di sekitar pembelian yang tidak direncanakan. Perilaku pembelian konsumen seperti itu didefinisikan sebagai dorongan yang tiba-tiba, kuat, dan seringkali tidak terkendali untuk membeli sesuatu dengan segera. pembelian impulsif biasanya terjadi saat pembelanja merasakan emosi positif seperti kebahagiaan, kegembiraan, atau bahkan menghilangkan stres.
Meskipun pembelian impulsif dapat dipicu oleh berbagai emosi positif, hal ini paling sering dikaitkan dengan perasaan bahagia. Ini karena pembelanja yang senang lebih cenderung berada dalam “suasana membeli” dan karena itu lebih cenderung melakukan pembelian impulsif. Sementara pembelian impulsif dapat menyebabkan penyesalan pembeli, itu juga bisa menjadi sumber kenikmatan bagi pembelanja.
Bahkan, pembelian impulsif sering disebut sebagai “terapi ritel” karena dapat memberikan dorongan suasana hati sementara. Bagi sebagian orang, pembelian impulsif adalah bagian rutin dari rutinitas belanja mereka dan mereka menganggarkannya sesuai dengan itu. Namun, bagi yang lain, pembelian impulsif bisa menjadi masalah jika mengarah pada pengeluaran dan utang yang tidak terkendali. Jika ternyata Anda membeli secara impulsif lebih dari yang Anda mampu, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mengekang pengeluaran Anda.