Planet Mana yang Memiliki Badai Permanen?- Fisika

Salah satu fitur paling khas di tata surya adalah Bintik Merah Besar Jupiter. Badai raksasa yang berputar-putar di atmosfer planet ini, pertama kali diamati oleh astronom Jean-Dominique Cassini pada tahun 1655 dan terus berkecamuk sejak saat itu. Namun, pencitraan dari pesawat ruang angkasa Pioneer, Cassini dan Galileo, serta teleskop Hubble, telah menunjukkan kepada para ilmuwan bahwa GRS bukan satu-satunya badai di luar sana.

Badai Raksasa Jupiter

Para ilmuwan percaya bahwa Bintik Merah Besar Jupiter mendahului pengamatan pertama Cassini, dan tidak ada yang tahu berapa lama itu akan bertahan. Pada 2013, ukurannya kira-kira tiga kali diameter Bumi, tetapi pada 1913 ukurannya kira-kira dua kali lebih besar. Para ilmuwan tidak tahu apakah itu menyusut dan tumbuh secara siklis atau menghilang secara bertahap. Pencitraan inframerah menunjukkan bahwa titik itu kira-kira 8 kilometer (5 mil) di atas awan di sekitarnya dan lebih dingin. Kecepatan angin di dalam badai rendah, tetapi di pinggiran, kecepatannya mencapai 432 kilometer per jam (268 mil per jam).

Ciri Bintik Merah

Bintik Merah Besar tidak selalu berwarna merah. Warnanya bervariasi dari bata ke salmon ke putih, dan terkadang menghilang dari spektrum yang terlihat, meninggalkan lubang yang dikenal sebagai Red Spot Hollow di Sabuk Khatulistiwa Selatan, atau SEB, di planet ini. Para ilmuwan tidak tahu apa yang menyebabkan variasi warna, tetapi teori populer menunjukkan bahwa material dikeruk dari atmosfer yang lebih rendah dan berubah menjadi merah saat terkena sinar ultraviolet matahari. Warna spot sepertinya terikat dengan warna SEB. Saat bercak gelap, SEB berwarna keputihan, begitu pula sebaliknya. Warna-warna ini sering berubah dan tidak dapat diprediksi.

Junior Bintik Merah

Pada tahun 2000, para astronom mengamati tabrakan tiga badai kecil di Jupiter yang bergabung membentuk satu badai yang kemudian dikenal sebagai Oval BA. Pada tahun 2005, warna badai berubah dari putih menjadi coklat dan akhirnya menjadi merah, hingga menjadi warna yang sama dengan GRS. Fakta bahwa itu berubah menjadi merah adalah konfirmasi bagi beberapa ilmuwan planet bahwa warna itu adalah hasil dari pengerukan materi dari atmosfer yang lebih rendah oleh badai, dan itu mungkin berarti bahwa badai semakin intensif. Jika demikian, itu mungkin mencapai ukuran yang sama dengan GRS dan memberi para ilmuwan petunjuk tentang asal-usul badai misterius itu.

Badai di Planet Lain

Neptunus, planet kedelapan di tata surya, memiliki fitur permukaan yang disebut Bintik Gelap Besar. Itu seukuran Bumi dan memiliki kemiripan dengan Bintik Merah Besar Jupiter, termasuk fakta bahwa ia berputar berlawanan arah jarum jam. Para ilmuwan percaya itu adalah produk dari perbedaan suhu antara inti hangat planet dan puncak awan dinginnya, dan fitur angin tercepat di tata surya. Sementara itu, sistem badai yang kuat muncul di Saturnus pada tahun 2011 dan menelan sebagian besar belahan bumi utaranya. Diamati oleh pesawat ruang angkasa Cassini dan teleskop berbasis darat, sistem tersebut mulai memudar pada akhir 2012.

•••Jupiterimages/Photos.com/Getty Images

Related Posts