Ada tiga jenis utama gunung berapi, masing-masing dengan karakteristik fisik dan sifat erupsi yang unik. Gunung berapi komposit adalah raksasa yang eksplosif dan menjulang tinggi. Gunung berapi perisai diam-diam menghasilkan struktur yang luas dan masif melalui aliran lava. Gunung berapi kerucut cinder adalah yang terkecil dan paling sederhana, tetapi masih mengemas pukulan vulkanik.
Gunung Berapi Komposit
Gunung berapi komposit, juga disebut sebagai stratovolcanoes, merupakan bentuk klasik yang paling terkait dengan gunung berapi. Mereka menjulang di atas lanskap, naik ke ketinggian lebih dari 10.000 kaki. Mereka juga merupakan jenis gunung berapi yang paling umum di Bumi, terhitung sekitar 60 persen gunung berapi di planet ini. Mereka menampilkan sisi yang curam dan cekung ke atas dan salah satu ventilasi pusat atau sekelompok ventilasi di puncaknya. Lava andesit yang kaya gas membuat letusannya eksplosif. Seperti namanya, mereka dibentuk oleh pergantian lapisan lava yang mengeras dan material piroklastik. Selain ledakannya, letusan komposit biasanya bersifat plinian, yang berarti mereka menghasilkan kolom letusan besar yang menyuntikkan gas dan partikel tinggi ke atmosfer.
Gunung Berapi Perisai
Gunung berapi perisai dibangun hampir seluruhnya dari aliran lava. Tidak seperti gunung berapi komposit, gunung berapi perisai menghasilkan letusan lava basaltik yang sangat cair. Lava ini mengalir keluar dari ventilasi ke segala arah, menempuh jarak jauh sebelum memadat. Mereka dicirikan oleh kerucut yang lebar dan landai, menyerupai perisai cembung tentara. Mereka umumnya terkait dengan tingkat suplai magma yang tinggi, memicu aliran lava yang terus menerus di permukaan. Karena tidak memiliki daya ledak yang nyata, letusan yang sedang berlangsung ini berbentuk air mancur lava. Seiring waktu, gunung berapi perisai bisa menjadi sangat besar, menghasilkan pulau-pulau di tengah lautan.
Gunung Berapi Cinder Cone
Gunung berapi kerucut cinder jauh lebih kecil daripada gunung berapi komposit atau perisai, biasanya naik tidak lebih dari 1.000 kaki. Mereka menampilkan sisi lurus, dengan kemiringan curam 30 hingga 40 derajat. Mereka biasanya melingkar, dengan ulat berbentuk mangkuk besar di puncaknya. Seperti gunung berapi perisai, gunung api kerucut menyemburkan lava basaltik. Namun, lahar mereka sedikit lebih tebal dan mengandung lebih banyak gas yang terperangkap. Gas ini menghasilkan ledakan kecil yang memecah lava menjadi gumpalan yang lebih kecil, yang dikenal sebagai tephra. Tephra ini mengeras sebelum mencapai tanah, menghasilkan tumpukan batu lava di sekitar lubang angin. Bahan-bahan seperti abu inilah yang menjadi asal nama gunung berapi tersebut. Karena gunung berapi ini terbuat dari tephra lepas, mereka sering menghasilkan aliran lava dari dasarnya.
Contoh Gunung Api
Gunung St. Helens adalah contoh gunung berapi komposit. Selama letusan tahun 1980 yang sangat eksplosif, gunung berapi tersebut mengalami keruntuhan sektor besar yang meninggalkan kawah berbentuk tapal kuda. Mauna Loa, di Hawaii, adalah contoh gunung berapi perisai. Gunung berapi ini adalah gunung berapi terbesar di Bumi, dengan volume 19.000 mil kubik dan luas yang mencakup 2.035 mil persegi. Gunung berapi Paricutin, di Meksiko, adalah contoh gunung berapi kerucut. Gunung berapi ini meletus dari ladang petani pada tahun 1943, akhirnya menutupi 100 mil persegi abu dan 10 mil persegi aliran lava selama periode sembilan tahun.
Jupiterimages/Photos.com/Getty Images